Minggu, 08 Desember 2013

Sejarah Teh Twinnings



Twinings adalah perusahaan yang mempopulerkan tradisi minum teh pada sore hari di Inggris. Pada 1706, Thomas Twining mendobrak tradisi minum bir dan kopi dalam masyarakat Inggris, lalu mulai menjual teh dari sebuah kedai yang baru dibelinya di London. Pada 1837, Ratu Victoria menetapkan Twinings sebagai pemasok teh resmi bagi keluarga kerajaan Inggris hingga saat ini.
Stephen Twining mulai tertarik pada teh sejak berusia delapan tahun. Kala itu, Stephen memberikan tea testing kepada 20 teman sekelasnya. Stephen kecil terkejut ketika mengetahui bahwa banyak temannya tak memiliki pengetahuan soal teh.
Bagi Stephen, teh merupakan sesuatu yang mendarah daging. Semua pengetahuan tentang teh ia peroleh dari sang ayah, Sam Twining, yang saat itu menjabat Direktur Twinings. Sejak peristiwa tea tasting, Stephen bertekad menyebarluaskan informasi tentang minuman yang paling digemari di negaranya: teh.
Pada usia 22 tahun, Stephen memulai kariernya di Twinings sebagai sales. Ia berkeliling dunia untuk menggali pengetahuan lebih mengenai teh. Dari posisi sales, ia menjabat berbagai posisi di divisi penjualan. Sembilan tahun kemudian, ia menjabat Direktur Hubungan Korporat Twinings
Uniknya, meski menjadi raja teh dunia, Twinings tidak pernah memiliki perkebunan teh sendiri. Twinings bekerja sama dan sangat dekat dengan para produsen tehnya yang tersebar di Kenya, India, Sri Lanka, Indonesia, Jepang, Cina, dan Vietnam. "Kami hanya membeli teh berkualitas tinggi dari pemilik perkebunan yang memenuhi kriteria etika yang telah ditetapkan," Stephen menambahkan.
Di kantor pusatnya di London, Twinings menjaga kualitas teh mereka melalui sembilanmaster blender yang bertanggung jawab dalam menentukan, membeli, mencampur, dan mengawasi kualitas produk teh Twinings. Setiap minggunya, master blender ini memilih teh yang datang dari ribuan perkebunan di seluruh dunia dan meminum 3.000 cangkir teh untuk menjaga kualitas dan konsistensi rasanya.
Sembilan master blender ini mengantongi ilmu dan keahlian yang diwariskan Twinings selama lebih dari 300 tahun. Selain konsistensi pada kualitas, citra kontemporer yang melekat pada Inggris menjadi keunggulan Twinings. "Inilah rahasia sukses kami, sehingga bertahan selama lebih dari 300 tahun," kata Stephen.
Stephen tak punya satu rasa teh kesukaan. Minuman teh pilihannya selalu bergantung pada suasana hati dan cuaca.
Kadang ia memilih jasmine tea untuk menemaninya pada siang hari, sedangkan pada lain waktu, ia bisa memilih green tea. Kadang kala ia mencampurkan berbagai jenis teh ke dalam satu cangkir untuk dinikmati. "The beauty of tea is that you can choose it like you choose music," kata Stephen.
Untuk memperoleh teh dengan hasil maksimal, Stephen memberi tips untuk menghangatkan teko sebelum menuangkan air mendidih. "Permukaan teko yang dingin dapat mengurangi suhu panas," kata Stephen. Teh harus diseduh dalam suhu 100 derajat Celsius. Khusus untuk green tea, suhu air yang ideal adalah 95 derajat Celsius, "Agar rasa pahitnya tidak terbawa."
Stephen adalah juru bicara yang andal. Ia sering mengunjungi India dan Sri Lanka untuk melakukan riset terhadap industri teh. Bersama istrinya, Marzena, dan kedua anak mereka, Sebastian serta Anouskha, lelaki yang suka berlayar ini tinggal di dekat Salisbury, Inggris.

AMANDRA MUSTIKA MEGARANI // http://www.tempo.co